Brigade Qassam Rilis Video Tawanan Israel Kurus Kering, Tekan Pemerintah Netanyahu untuk Gencatan Senjata

11 hours ago 5

GAZA (jurnalislam.com)– Sayap militer Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam, merilis sebuah video pada Jumat (1/8/2025) yang memperlihatkan kondisi seorang tawanan Israel, Evyatar David, dalam keadaan kurus kering dan tampak menderita malnutrisi. Video tersebut meningkatkan kekhawatiran internasional atas krisis kemanusiaan dan kelaparan yang terus memburuk di Jalur Gaza akibat pengepungan Israel.

Dalam video yang diunggah ke kanal Telegram resmi, tampak Evyatar David duduk di atas tempat tidur di sebuah ruangan sempit, dengan tulang-tulang menonjol di lengan dan dadanya, memperlihatkan tanda-tanda penurunan berat badan yang parah. Keterangan dalam video menyebut bahwa ia “menunggu pembebasan melalui pertukaran tawanan”.

Rekaman tersebut juga menampilkan klip yang menunjukkan David sebelumnya sempat dipindahkan menggunakan kendaraan selama jeda kemanusiaan dan pertukaran tawanan pada Januari lalu. Keterangan video ditulis dalam bahasa Arab, Inggris, dan Ibrani, dengan narasi yang menyatakan: “Pemerintah pendudukan telah memutuskan untuk membuat mereka kelaparan… mereka makan apa yang kami makan, mereka minum apa yang kami minum.”

Video itu juga menyertakan cuplikan anak-anak dan bayi Palestina dalam kondisi kekurangan gizi akut, dengan tubuh kurus dan tulang mencuat di balik kulit mereka pemandangan yang kini kerap terlihat di Gaza.

Menyusul rilis video tersebut, pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, mengecam pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Dalam pernyataan di platform X (dulu Twitter), ia berkata, “Setiap anggota pemerintahan harus menonton video Evyatar malam ini sebelum tidur dan membayangkan ia berjuang bertahan hidup di dalam terowongan.”

Stasiun penyiaran publik Israel kemudian mengutip pernyataan ibu tawanan tersebut, Galia David. “Saya hancur, tapi saya memiliki satu kepastian putra saya masih hidup. Evyatar masih hidup,” katanya. Ini merupakan pertama kalinya ia melihat rekaman anaknya sejak penculikan terjadi.

Sementara itu, media Israel Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa beberapa keluarga tawanan mendesak pemerintahan Netanyahu segera menyetujui perjanjian gencatan senjata untuk menyelamatkan para sandera yang masih ditahan di Gaza.

Menurut data resmi Israel, saat ini masih terdapat 50 tawanan Israel di Gaza, dengan 20 di antaranya diyakini masih hidup. Di sisi lain, Israel diketahui menahan sekitar 10.800 warga Palestina, termasuk anak-anak, banyak di antaranya ditahan tanpa dakwaan atau pengadilan, dan tidak memiliki akses rutin ke pengacara maupun kunjungan keluarga.

Dalam pernyataan yang dirilis Kamis (31/7), Hamas menyatakan kesiapan untuk kembali ke meja perundingan guna membahas gencatan senjata, seraya menuntut diakhirinya pengepungan dan dibukanya akses bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Kelompok tersebut memperingatkan bahwa tingkat kelaparan di Gaza kini telah mencapai “tahap yang belum pernah terjadi sebelumnya” dan mengancam lebih dari dua juta jiwa warga Palestina.

Pernyataan ini muncul setelah Wakil Direktur Eksekutif UNICEF, Ted Chaiban, mengecam kondisi anak-anak di Gaza usai kunjungan ke wilayah konflik, termasuk Israel dan Tepi Barat.

“Lebih dari 18.000 anak telah tewas di Gaza sejak perang dimulai. Itu berarti rata-rata 28 anak per hari setara satu ruang kelas hilang setiap hari. Anak-anak kehilangan orang tua mereka, kelaparan, ketakutan, dan mengalami trauma,” ujar Chaiban.

Ia juga menyebut bahwa lebih dari 320.000 anak balita di Gaza kini terancam menderita malnutrisi akut.

“Saya juga pernah mengunjungi Tepi Barat. Di sana, anak-anak pun hidup dalam ancaman. Tahun ini saja, 39 anak Palestina telah terbunuh. Saya bahkan menyaksikan langsung komunitas Badui di timur Ramallah yang terpaksa mengungsi akibat kekerasan,” tambahnya. (Bahry)

Sumber: TNA

Read Entire Article
Alur Berita | Malang Hot | Zona Local | Kabar Kalimantan |